'


Lantunan dzikir alam di malam ini, sekitaran jam 1 malam di salah satu kamar asrama al zain. Pria itu sedang sok sibuk dengan tulisannya. “Tak tik tak tik tuk”, denting keyboard berbunyi ditemani senandung mp3 asmaul husna. Tumben-tumbenan pria itu. Biasanya cuma sibuk dengan hal-hal yang ga jelas. Ternyata pria itu sedang menulis suatu permasalahan tentang wanita, untuk para wanita. Kenapa wanita ya, ada apa dengan wanita, apa sedang jatuh cinta kah dia, ah dasar pria misterius. Itu ga penting. Yang penting adalah anda, selamat menyimak.

Ada sedikit kutipan tentang wanita. Jika dikatakan cantik dikira menggoda, jika dibilang jelek di sangka menghina. Bila dibilang lemah dia protes, bila dibilang perkasa dia nangis. Maunya emansipasi, tapi disuruh benerin genteng atau angkat galon, nolak (sambil ngomel masa disamakan dengan cowok). Maunya emansipasi, tapi disuruh berdiri di bis malah cemberut (sambil ngomel,Egois amat sih cowok ini tidak punya perasaan). Jika di tanyakan siapa yang paling di banggakan, kebanyakan bilang Ibunya , tapi kenapa ya ….. lebih bangga jadi wanita karir, padahal ibunya adalah ibu rumah tangga. Bila kesalahannya diingatkankan, mukanya merah. Bila di ajari mukanya merah, bila di sanjung mukanya merah. Jika marah mukanya merah, kok sama semua ? bingung !! Di tanya ya atau tidak, jawabnya diam; ditanya tidak atau ya, jawabnya diam; ditanya ya atau ya, jawabnya :diam, ditanya tidak atau tidak, jawabnya ; diam, ketika didiamkan malah marah (repot kita disuruh jadi dukun yang bisa nebak jawabannya). Di bilang ceriwis marah, dibilang berisik ngambek, dibilang banyak mulut tersinggung, tapi kalau dibilang S u p e l, wadow seneng banget…padahal sama saja maksudnya. Dibilang gemuk engga senang, padahal maksud kita sehat gitu lho. Dibilang kurus malah senang, padahal maksud kita “kenapa elho jadi begini !!!” Itulah WANITA makin cowok bingung makin senang DIA ! Hahaha dasar wanita.
Wanita atau dalam bahasa ‘arabnya An Nisa. An Nisa, nama yang unik. Sebuah kitab suci mendokumentasikan nama itu. Dalam sebuah surat tepatnya. Hanya an Nisa(wanita), bukan ar Rijal (laki-laki). Kenapa ya? Pasti An Nisa (wanita) adalah makhluk spesial. Dan sekali lagi kenapa dibuat nama dalam suatu surat dalam al quran. Hmm, berarti ada yang harus diperhatikan. Makanya cowok itu hukumnya perhatian sama wanita! Man lead, women just follow!
Tahu ga’, banyak sekali orang yang menjunjung tinggi demokrasi. Ga’ tahu Islam menjunjung tinggi demokrasi atau ga’, yang jelas Islam, menjunjung tinggi wanita. Masak sih, wanita kan Cuma pelayan lelaki aja. Ya nggak? Ya nggak lah. Itu relatif. Kok relatif? Penasaran? Mau protes? Tuntaskan dulu bacanya.
Dulu wanita itu dianggab tak berharga. Seperti sampah, tak berguna, mainan aja, kaum lemah, hina, cuih pokoknya(hihi lebai). Yakni di masa jahiliyah. Bahkan di masa itu bayi wanita itu dibunuh, dengan kejam, bringas. Tanpa ada peri kebayian. Tapi itu dulu. Setelah islam datang kedudukan wanita mulai diangkat. Islam memuliakan wanita. Wanita disuruh menutup aurat, disucikan, diangkat derajatnya. Wanita diberi kehormatan sebagi penentram , lihat (QS Al-Rum [30]: 21).
Tahu ga? Dunia itu banyak sekali perhiasan. Tentu anda pernah melihat emas yang kuning indah, mutiara dengan putih khasnya, hijau anggunnya giok, batu zamrud, atau pun berlian berlian yang berkilau indah. Coba bayangkan jika anda pakai di tangan anda, atau di sematkan di jari manis anda.

Indah ya. Sekarang bayangkan cincin berlian disematkan di jari manis anda, terus kalung berlian menghiasi leher anda. Sudah dibayangkan? Apakah anda ingin apa yang anda bayangkan tadi terwujud? Ngimpiii!! hahaha. Tahu ga’, ada yang lebih indah dari semua perhiasan itu.
“Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan-perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim)
Tuh kan perhiasan emas, giok, permata, bahkan berlian sekalipun kalah sama wanita sholihah. Bahkan wanita itu bebas masuk surga dari mana saja,
"Apabila seroang wanita shalat lima waktu dan puasa ramadhan dan menjaga kesuciannya serta mentaati suaminya dikatakanlah kepadanya masuklah kedalam surga darimana saja yang anda inginkan." (Shahihul Jami' li al-Albani, 660).
Tuh kan. Jadi wanita itu gampang masuk surga buk.Tapi juga inget, yang paling banyak masuk neraka juga wanita. Kok bisa, lihat sendiri sekarang wanita kayak apa? Ga usah saya jelasin deh, capek nulis ne. Mana kopi abis pula. Semprul tenan, ini gara-gara belum kawin. Sory-sory jadi kebawa emosi. Kembali ke jalan yang lurus.
Islam itu ngasih pilihan. Tinggal mau enak atau mau enak-enakan. Kalau mau enak ya taat. Taat itu indah. Taat karena cinta. Cinta itu indah. Apa yang anda pakai itu indah. Allah Maha Indah, suka yang indah-indah. Jilbab itu indah. Sempurna itu indah.

At the end, wanita itu mulia, bagi yang memuliakannya. Wanita itu suci, bagi yang menjaga kesuciannya. Wanitu itu hina, bagi yang menghinakannya. Wanita itu nafsu, bagi yang membuatnya menjadi nafsu. Namun cinta itu bukanlah nafsu. Alangkah naif sekali jika seorang cowok memacari cewek karena hanya keindahan tubuh si cewek semata. Ya ga’? Karena cinta itu bukan hanya mata dengan mata. Rok mini, hotpen, jilbab jadi-jadian atau wanita sholihah. Surga atau neraka. Hidup itu pilihan.
Jangan lama-lama memilih, keburu matiSelanjutnya terserah anda.
Yang tidak pernah serius!!??

Ahmad Right Safarudin el Cassanova
[...]

Continue


Lahir di Temanggung, Keresidenan Kedu, Jawa Tengah pada 25 Desember 1926. Pak Zaini menyelesaikan pendidikan dasar (sekolah rakyat) hingga pendidikan menengah di tanah kelahirannya, kemudian melanjutkan pendidikan tinggi di Yogyakarta, yaitu pada Fakultas Agama Universitas Islam Indonesia. Akibat kebijakan pemerintah pada waktu itu, fakultas agama UII diambil alih oleh Depag RI menjadi salah satu fakultas di lingkungan PTAIN atau sekarang menjadi UIN Sunan Kalijaga.

Setelah belajar 4 sampai 5 tahun di PTAIN sampai tingkat doktoral satu sekitar 1956, mendapat beasiswa untuk melanjutkan studi Sastra Arab pada Cairo University, Mesir. Sepulang dari Kairo pada tahun 1961, menikah dengan Lathifah dari Kendal. Dari pernikahannya dengan Lathifah, dikaruniai empat orang anak, yaitu Luthfi Budi Ilmawan, Ova Emilia, Zaky Sulistiawan, dan Ismet Hariawan. Mulai tahun tersebut Pak Zaini bertugas di IAIN Sunan Kalijaga serta membantu pembukaan jurusan Bahasa Arab Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada.
Pada tanggal 14 Februari 1964 Pak Zaini sempat dimasukkan ke ruang tahanan selama 3,5 bulan karena dituduh akan menggagalkan Ganefo. Setelah itu dipindahkan ke IAIN Jakarta, selama satu tahun. Kemudian pada tahun 1965 ditugaskan di IAIN Cirebon dengan menjabat sebagai Sekretaris Fakultas Tarbiyah. Karirnya kemudian meningkat menjadi Dekan Fakultas Ushuludin selama 6 tahun, untuk kemudian menjadi dosen biasa lagi setelah fakultas yang dipimpinnya ditutup, menyesuaikan dengan peraturan tentang batasan fakultas di kabupaten. Pada 1971 pernah juga menjadi anggota DPRD Kotamadya Cirebon.

Pada masa rasionalisasi yang dilakukan oleh Departemen Agama, Pak Zaini menjadi Kakanwil Departemen Agama Jawa Barat tahun 1973. Setelah tiga tahun menjabat posisi Kakanwil dan berkantor di Kota Bandung, beliau mendapat tugas untuk memimpin IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta mulai tahun 1976. Setelah menjadi Rektor IAIN Sunan Kalijaga selama dua periode (1976-1984), karirnya meningkat menjadi Dirjen Binbaga Islam Departemen Agama. Selama menjadi Dirjen terdapat empat Direktorat yang berada di bawah pimpinannya langsung, yaitu Direktorat Pendidikan Agama pada Sekolah Umum, Direktorat Pendidikan Agama, Direktorat Pendidikan Tinggi Agama, dan Direktorat Peradilan Agama.

Pengabdian Pak Zaini di UII secara formal dimulai ada Desember 1989 ketika diangkat menjadi Ketua Presidium yang menyelenggarakan tugas-tugas kerektoratan di UII sebelum akhirnya terpilih Rektor baru, yaitu Prof. Zanzawi Soejoeti. Pada periode 1989-1993, Pak Zaini menjadi Wakil Ketua Pengurus Harian Badan Wakaf UII, dan pada Sidang Pleno Badan Wakaf UII, Januari 1993, dipilih menjadi Ketua Dewan Pengurus Badan Wakaf UII untuk masa tugas 1993-1996. Jabatan ini kemudian beliau lepaskan setelah terpilih menjadi Rektor UII pada 1994. Pengabdian sebagai rektor dijalani sampai dengan 2002. Sekarang selain aktif menulis dan berdakwah, Pak Zaini juga masih aktif di berbagai organisasi sosial kemasyarakatan.
lihat selengkapnya di sini
[...]

Continue



Bermegah-megahan telah melalaikan kamu.
sampai kamu masuk ke dalam kubur.(QS. At Takatsur:1-2)

Senja meronai cakrawala. Bercerita tentang kelelahan dunia. Hiruk pikuk aktifitas manusia tergeletak berserakan. Termasuk sang ujung tombak kehidupan. Kata orang bijak pemuda sebagai ujung tombak dunia., agent of change, agen perubahan. Mereka sibuk berkelompok-kelompok atau berdua-duaan. Seolah-olah dunia hanya berisi kesenangan semata. Tentu anda mengetahui sendiri seperti apa. Kalau ditanya dari mana mereka jadi seperti sekarang, tentu dari budaya yang telah membawa peradaban. Budaya mana lagi yang mereka konsumsi, tak lain budaya barat. Tersenggol opini, yahudi menyerang islam dengan FASHION, SPORT, dan LIFE STYLE. Sepertinya benar. Sebagai bukti, Rasul mereka telah dikalahkan pamor artis yang telah membawa mereka tak karuan. Ahirat jarang terlintas dalam benaknya. Padahal dunia hanyalah permainan.
Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?(Al An’aam:32)
Waspadalah terhadap arus zaman. Musuh-musuh islam mengupadaya dengan segala cara agar kita LENGAH. Beberapa diantara kita sudah menjadi korban. Mereka lengah sehingga lupa belajar. Pergaulan tidak mengenal lagi adab dan sopan. Lawan jenis tak tahu yang mana yang membuat mereka malu. Wanita menjadi objek komersialisasi. Sungguh langka menemukan iklan televisi yang tidak ada pamer aurat. Seakan sudah menjadi hal umum sehingga dikatakan boleh. Ketika pornografi ditentang peneriak HAM beraksi. Ayok kita tidak boleh lengah, mari bertahan dalam arus. Kata Prof. H. Zaini Dahlan,”Seorang mukmin tidak berlanjut dalam kesalahan.”
Generasi muda adalah calon-calon penghunus perubahan. Selayaknya kita memaksimalkan masa muda. Sungguh masa muda sangat urgent kawan. Sedetik yang kita lewati saja sangat berarti. Mari kita lihat telah apa saja yang kita kerjakan. Apakah kita termasuk kaum yang lengah? Lengah tidak mengubah keadaan.
Masa muda adalah sarana menghimpun amunisi. Amunisi kita sekarang adalah ilmu. ilmu Allah sangatlah luas. Carilah sebanyak-banyaknya. Jangan mudah merasa puas!
Suatu saat seseorang bertanya kepada asy-Sya’bi,”Dari mana Anda mendapatkan semua ilmu ini?” Sesaat asy-Sya’bi terdiam. Senyumnya merekah seiring dengan pandangan matanya yang tertuju pada lelaki itu.
“Sahabatku, aku mendapatkannya dengan cara membuang sikap malas, dengan rajin mencari ke mana-mana, dengan bersabar seperti sabarnya seekor keledai, dan dengan sangat cekatannya seekor burung gagak,” jawab asy-Sya’bi.(M. Ahmad Ismail Al Muqaddam. Uluwwul Himmah)
Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(QS. Luqman:27)
Masa muda adalah waktunya kita mengupgrade karakter. Bagaimana karakter Nabi SAW tercermin dalam diri kita dalam modernisasi zaman. Tentu kita harus mempunyai keteguhan dan prinsip yang kuat. Tak lain dapat dicapai dengan selalu memperbaharui iman dan meluruskan aqidah.
Banyaknya ilmu yang kita santap dan karakter muslim yang selalu kita upgrade merupakan sarana kita mengejar harapan. Untuk apa masa muda anda? Katakanlah,”Masa mudaku untuk mengejar cita-citaku.”

AZZAM
Satu kata untuk mengejar cita-cita,”AZZAM”. Azzam adalah keinginan/hasrat yang tinggi untuk mencapai suatu gol, apapun yang menghalangi diterjang untuk mencapai gol itu. Tentu kita sebagai kaum muda mempunyai sebuah cita-cita, entah ingin menjadi scientist muslim, leader muslim, entrepeneur muslim, dsb. Silahkan kalian bermimpi setinggi mungkin. Asalkan impian tersebut dapat bermanfaat bagi kemslahatan umat islam, it’s ok. Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Kata Ahmad Fuadi(penulis novel 5 menara),”Jangan sekali-kali meremehkan impian! Karena Allah Maha Mendengar.” Maka dari itu saat impian itu tergoda oleh gertakan dunia berdoalah kepada Allah!
Dan jika syetan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Fushilat:36)
Tuliskan cita-cita anda! Wujudkan dengan azzam yang terhujam dalam! Semoga Allah mengabulkan impian anda. Satu hal yang sangat penting dalam menhunuskan azzam adalah niat. Segala amal tergantung niatnya. Jika niat kita saah, sangat rugi bagi kita karena amal yang kita lakukan percuma, tidak dicatat sebagai amal sholih. Beberapa niat yang salah yakni, berorientasi pingin dilihat orang, mendapat pujian orang, bangga diri, dsb. Maka niat sangat urgen untuk dibentuk dan dijaga saat menancapkan azzam di hati kita. Niatan yang dibentuk bukan mengejar dunia saja namun sewajarnya berorientasi akhirat, mengharap ridho Allah Azza wa Jalla.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Apa peduliku dengan dunia?! Tidaklah aku tinggal di dunia melainkan seperti musafir yang berteduh di bawah pohon dan beristirahat, lalu musafir tersebut meninggalkannya.” (HR. Tirmidzi no. 2551. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih wa Dho’if Sunan At Tirmidzi)
Jika kita mengejar dunia, maka hanya dunialah yang kita dapatkan. Padahal dunia tak sebanding dengan ahirat. Jika kita mengejar akhirat sesungguhnya dunia akan mengikutinya.
Dunia itu akan pergi menjauh. Sedangkan akhirat akan mendekat. Dunia dan akhirat tesebut memiliki anak. Jadilah anak-anak akhirat dan janganlah kalian menjadi anak dunia. Hari ini (di dunia) adalah hari beramal dan bukanlah hari perhitungan (hisab), sedangkan besok (di akhirat) adalah hari perhitungan (hisab) dan bukanlah hari beramal.” (HR. Bukhari secara mu’allaq –tanpa sanad-)
Maka dari itu azzam, usaha, serta cita-cita marilah kita niatkan sebagai sarana kita beramal sholih. Dengan niat yang lurus seperti kita menempuh jalan yang lurus. Cita-cita itu akan mudah sampai. Dengan usaha maksimal. Layaknya menambah kecepatan. Cita-cita itu akan cepat sampai.
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.” (QS. At Tiin [95] : 4-6)
MAN JADA WAJADA
Suatu cita-cita atau gol dapat tercapai dengan bersungguh-sungguh mencapainya. Bersungguh-sungguh mengupadaya dengan seluruh perjuangan, kerja keras, tetes keringat yang kita lakukan. Tentu kita banyak membaca profil orang-orang sukses. Merekalah yang berjuang keras agar impiannya tercapai. Rasullulah memenangkan perang badar bukan sekedar berdoa. Bill gates membangun Microsoft bukan dengan mengedipkan mata. Thomas Alfa Edison menemukan lampu pijar yang bisa kita nikmati sekarang bukan sekali dua kali gagal. Mereka bekerja keras dan berlelah-lelah dahulu sebelum targetnya tercapai. MAN JADA WA JADA. Barangsiapa bersungguh-sungguh ia akan sukses.
Berlelah-lelahlah dahulu. Karena manisnya hidup akan kamu perloleh setelah berlelah-lelah.(Imam Syafi’i)
SEDETIK YANG SANGAT BERARTI
Seorang sprinter 100 m dunia mencetak rekor dalam tempo 9,92 detik (Olympic September 2011). Sedangkan sprinter 100 m indoneisa 10,3 detik. Padahal hanya berbeda 0,38 detik. Taruhlah 1 detik. Hanya satu detik namun menentukan yang mana yang rekor dunia dan yang tidak. Satu detik yang sangat menentukan. Satu detik yang sangat berarti. Menurut Ahmad Fuad i(penulis novel 5 Menara tolo ukur manjada wajada adalah berusaha lebih keras dari pada orang lain. Usaha kita harus satu tingkat lebih unggul dari usaha orang lain. Kalau orang lain dapat belajar sampai jam sebelas malam, ya kita sampai jam dua belas malam. Mata kita seperti elang yang selalu terjaga menjadi pengamat. Mengamati usaha yang dilakukan orang lain. Tidak ada kata lengah sedikitpun. Harus lebih baik dari orang lain.
MAN SHABARA ZHAFIRA
Dalam mengarungi samudra perjuangan, berlelah-lelah dan take action, tentu kita sering menjumpai halang-rintang. Halang rintang itu berupa godaan dunia baik godaan setan, nafsu, dan perlawanan dari pihak lain yang menyebabkan kita lengah. Maka dari itu kembali ke azzam kita. Kita harus menguatkan azzam terus menerus dan selalu sabar. Sabar dalam memegang prinsip. Kalau kita targetkan menyelesaikan 5 buku seminggu untuk persiapan ujian ya kita harus sabar dan istiqomah melakukan target tersebut. Sungguh Allah bersama orang-orang yang sabar. Jika ujian datang saat usaha baru dilakukan, janganlah khawatir janganlah bersedih. Laa tahzan, Allaha ma’ana. Jangan khawatir, Allah bersama kita. Manshabara zhafira, barangsiapa bersabar ia akan beruntung.
MAN ALA DARBI WASHOLA
Ternyata rumusan man jada wajada dan manshabara zhafira saja kurang cukup untuk menggapai goal kita. Tidak cukup berlelah-lelah ternyata. Tidak juga hanya bersabar. Ibarat kita ingin menuju ke puncak (goal). Maka kita melewati jalan yang panjang sekali. Kita sudah berlari. Kita sudah berlelah lelah pantang menyerah dan selalu sabar. Sayangnya jalan yang kita lalui itu salah jalur, sehingga tidak sampai ke puncak tujuan kita, malahan kita tersesat. Nah di sinilah pentingnya fokus pada jalan yang ingin kita lalui. Agar kita sampai pada tujuan yang tepat.
Kalau kita ingin mendapat indeks prestasi 3,9 ya jalannya harus rajin belajar, bukan disambil-sambil yang lain. Kalau kita ingin menjadi entrepreneur sukses ya jalannya harus take action untuk bisnis, bukan menunggu rejeki datang dari langit. Semua tujuan mempunyai jalan atau jalur untuk dicapai. Man ala darbi washola. Barangsiapa berjalan di jalannya akan sampai.
“Kalau anda ingin berhasil maka jalanilah jalan untuk menuju keberhasilan.” (Prof. H. Zaini Dahlan)
REFLECTION
“Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara :
[1] Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,
[2] Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,
[3] Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu,
[4] Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu,
[5] Hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR. Al Hakim dalam Al Mustadroknya, dikatakan oleh Adz Dzahabiy dalam At Talkhish berdasarkan syarat Bukhari-Muslim. Hadits ini dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Al Jami’ Ash Shogir)
Sudahkan kita memanfaatkanya secara maksimal?
Wallahua’lam bisshowab.
[...]

Continue


Mungkin anda pernah mendengar buku “Belajar Selezat Coklat”nya uztadz Fatan. Nah, kali ini beda. Belajar selezat kopi.
Kenapa harus kopi. Kenapa tidak es krim atau bakso sekalian. Jawabannya, karena penulisnya suka kopi, hehe. Pada intinya belajar itu lezat.
Jika anda sering merasa jenuh dengan buku-buku pelajaran, tugas-tugas, UTS/UAS yang memusingkan, meerasa belajar itu membosankan, meraih prestasi itu sulit, maka baca artikel ini sampai rampung.
::::
Tentu anda sudah tahu generasi Rasulullah dahulu adalah generasi pembelajar yang tangguh. Tak terhitung banyaknya penghafal quran, hadist. Saat disampaikan ayat mereka langsung merekam dengan gesit. Betapa dalam masa itu ílmu merupakan hal utama dalam hidupnya. Kontras dengan para pemuda-pemudi islam jaman sekarang.
Sesungguhny jiwa saya merasa senang dengan ilmu;
Dengannya jiwa saya semakin kuat
Ibnu Taimiyyah
Tahu nggak kenapa jaman nabi banyak penghafal quran, hadist?
Betul, karena mereka pinter.
Terus bagaimana mereke bisa pinter?
Betul, karena mereka belajar.
Bagaimana cara mereka belajar?
Mari kita simak bersama-sama.
“Ilmu harus didatangi, bukan mendatangi.”demikian kata Imam Malik. Kalimat tersebut menegaskan setiap pembelajar harus memiliki tingkat motivasi tinggi dan goal yang jelas. Jadi pertama, mereka mempunyai motivasi dan keyakinan yang tinggi.
Kemauan (al iradah) merupakan sumber energi untuk orang melakukan amal, termasuk menuntut ilmu. Ia merupakan dorongan dalam diri untuk melakukan sesuatu yang lebih prestatif dan lebih tinggi. Tidak ada satu potong waktu yang dibiarkan lunglai terhempas kesia-siaan. Inilah tradisi yang dapat kita temukan dalam diri ulama-ulama sejak masa kenabian, tabiít-tabiín, hingga masa para cendekiawan muslimk saai ini. Mereka terlezatkan cahaya ‘ílmu yang tetap tangguh memotifasi mereka. Tradisi kenabianlah yang menggerakkan mereka.
Betapa keutamaan ‘ílmu sangat memacu mereka. Ilmu yang menolong mereka membuka cahaya keislaman yang haq, membawa derajat ke lebih tinggi di mata Allah, menolong mereka dalam dunia dan ahirat, memacu mereka untuk terus dzikir kepada Allah. Mereka merasakan kelezatan ‘ilmu karena tujuan yang benar. Bukan sekedar mencari dunia. Goal mereka jelas, menuntut ‘ilmu untuk mengharap ridho Allah.
Dari Abu Hurairah radhiyallahuánhu, beliau Rasulullah Shalallahuálaihi wa Sallam bersabda,”Barangsiapa yang belajar untuk membanggakan diri dengan ulama, atau untuk menentang orang-orang jahil, atau untuk menarik perhatian manusia agar tertuju kepadanya, Allah akan memasukkannya ke dalam neraka Jahannam”(HR. Ibnu Majah)
Ingin seperti mereka, mari perbaiki motifasi kita.
Yang Kedua, mereka take action. Jelas mereka beraksi. Setelah tumbuh dalam jiwanya, menghujam iradah besar untuk menyantap ‘ilmu, mereka beraksi. Mereka fokus dan sungguh-sungguh dalam mencari ‘ilmui.
Sahabat nabi fokus dengan perkataan, tindakan, dan tingkah laku nabi. Maka, wajar mereka hafal kata-kata nabi, walau hanya diulang beberapa kali bahkan satu kali oleh Nabi. Masalahnya tidak hanya satu dua patah kata saja. Namun mereka hafal ribuan hadist.
Ulama-ulama yang rela menahan lapar, menghabiskan hartanya, menahan dunia, berpergian kemana-mana untuk mendapatkan ‘ilmu. Setelah ilmu disambut oleh mereka, mereka segera berupaya mengamalkannya. Itulah take action mereka. Berbeda dengan take action kita kebanyakan, yang belajar jika mepet ujian.
Sayyid Quthb menjelaskan,” Kehebatan generasi shahabatbukan semata-mata karena di sana ada Rasulullah, sebab jika ini jawabannya berarti islam tidak rahmatan lil álamien. Kehebatan mereka terletak pada semangat mereka untuk belajar lalu secara maksimal berupaya mengamalkannya.”
Ingin seperti mereka, segera take action.
Yang Ketiga, mereka istiqomah, tegar, dan sabar. Sikap ini menyertai pembelajar untuk berkomitmen dalam mencari ilmu.
Suatu saat seseorang bertanya kepada asy-Sya’bi,”Dari mana Anda mendapatkan semua ilmu ini?” Sesaat asy-Sya’bi terdiam. Senyumnya merekah seiring dengan pandangan matanya yang tertuju pada lelaki itu.
“Sahabatku, aku mendapatkannya dengan cara membuang sikap malas, dengan rajin mencari ke mana-mana, dengan bersabar seperti sabarnya seekor keledai, dan dengan sangat cekatannya seekor burung gagak,” jawab asy-Sya’bi.(M. Ahmad Ismail Al Muqaddam. Uluwwul Himmah)
Para ulama terhadulu menggunakan ketegarannya, keistiqomahannya dalam menuntut al ílmu. Mereka tahan banting, tahan godaan selama menuntut ilmu. Maka tidak ada tempat utnuk ilmu kepada para pembosan.
Imam Syafií pernah mengungkapkan,Tidak mungkin menuntut ilmu bagi orang yang pembosan dan sering berubah pikiran, serta merasa puas dengan apa yang ada pada dirinya. Akan tetapi, menuntut ilmu itu harus dengan menahan diri, kesempitan hidup, dan berkhidmat untuk ilmu tersebut. Pasti ia akan beruntung.”
Tentu saja kesabaran dalam menuntut ilmu itu dapat diperoleh dengan selalu syukur ni’mat. Mensyukuri kondisi, situasi. Bertolak belakang dengan kebanyakan pemuda muslim jaman sekarang. Masih ada yang tidak mau belajar dengan alasan tidak ada notebook, komputer, dsb. Padahal kondisi tersebut bisa diatasi dengan memakai komputer perpustakaan, pinjam teman, ataupun rental. Maka dari itu ketegaran dan kesabaran itu dapat diperoleh dengan ikhlas dan syukur. Barangsiapa yang bersyukur maka akan ditambahkan ni’mat kepadanya.
Sungguh merupakan jalan kelezatan pagi yang ingin menikmati kelezatan dengan jalan bersyukur. Apapun kondisi kita. Wajib kita bersyukur. Dengan syukur daun brotowali yang sangat pahit dapat terasa manis. Dengan syukur tidak akan timbul rasa putus asa dan gagal azzam. Syukur adalah salah satu jalan menuju keberhasilan.
“Kalau anda ingin berhasil maka jalanilah jalan untuk menuju keberhasilan.” (Uztadz Guru Besar Prof. Zaini Dahlan, beliau merupakan mantan Rektor UII)
Wallahu Taála A’lamu bisshowab.

Al Muqaddam, Muhamad Ahmad Ismail. 2001. Meraih Cita-cita dengan Semangat Membara. Jakarta: Rabbani Press.
Budiyanto, Dwi. 2009. Prophetic Learning. Yogyakarta: Pro-U Media.
[...]

Continue

    Blogroll